Sebenarnya sudah lama
sekali saya ingin bercerita tentang salah satu suku unik di Indonesia yang
pernah saya datangi, yaitu suku asmat.
Tahun 1997 adalah tahun yang bersejarah buat saya. Sebagai anggota salah satu
group band indhie adalah satu kebanggaan kalau sampai diundang ke daerah paling
bergengsi di Indonesia, Timika, Papua. Kenapa saya bilang bergengsi?
Ehm….. memang itu pendapat saya sendiri,
enggak tau pendapat teman-teman saya yang lain. Kami mendapat tugas selama 6
bulan untuk bernyanyi di Hotel Sheraton Timika, Papua. Awalnya saya ragu-ragu
karena perjalanan ke Timika memakan waktu dua jam, sementara tempat yang pernah
saya kunjungi di Indonesia tidak pernah lebih dari satu jam perjalanan. Ditambah
perbedaan waktu yang juga cukup jauh, 2 jam, maka saya akan menempuh perjalanan
selama 4 jam! (kira-kira begitu pikiran saya waktu itu ^_^ ).
Selain jauh, saya juga membayangkan suasana pedalaman Papua seperti yang sering terlihat di televisi dan majalah, terbelakang dan terisolir. Jadi begitu sampe bandara di Timika, perasaan itu tambah kuat (hehe… emang bener karena bandaranya kecil waktu itu)
Selain jauh, saya juga membayangkan suasana pedalaman Papua seperti yang sering terlihat di televisi dan majalah, terbelakang dan terisolir. Jadi begitu sampe bandara di Timika, perasaan itu tambah kuat (hehe… emang bener karena bandaranya kecil waktu itu)
Setelah kami ber-9
dijemput dan mulai memasuki jalan yang lebih mulus dan lebar disbanding jalan-jalan
yang sudah kami lewati sebelumnya, baru kami menyadari kalau sedang berada
disisi lain kota Timika. Jalanannya aja sudah bagus, apalagi messnya,, lebih
lagi hotelnya. Waktu itu saya baru tahu kalau air keran di hotel aman diminum!
(kok bisa….^_^)
Mess nya sendiri
terdiri dari beberapa puluh kamar, kesannya seperti asrama atau kos-kosan, satu
kamar bisa diisi 2 sampai 3 orang. Kami yang perempuan bertiga dapat satu kamar.
Kamarnya kayak kamar hotel,, rapih, bersih, toilet duduk, shower air panas, ac,
dan laundry. Buat saya pribadi merasa benar-benar dimanjakan. Gak tau karena
saya yang baru pertama kali dapet mess yang seperti ini, atau memang messnya
bagus banget. Bukan karena kami group band hingga mendapat fasilitas seperti
ini, tapi semua yang bekerja di hotel Sheraton dan Freeport dan juga para pilot
dan pramugari, mereka tinggal di mess ini. Baik yang WNI maupun yang WNA.
Lanjut ya, sebagian dari mereka yang telah berkeluarga tinggal di kota Koala Kencana, Mimika, sebuah kota yang yang masih merupakan jobsite dari Freeport. Kota kecil ini mirip dengan model kota-kota di luar negeri. Air minum dari keran yang bisa langsung diminum, penataan kota yang bagus, dimana rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, dan beberapa fasilitas umum yang sangat dibutuhkan berada di tempat-tempat strategis dan mudah dijangkau. Begitu juga rumah ibadah, semua ada dalam satu wilayah. Penduduk Koala Kencana yang kebanyakan pendatang juga hidup rukun dan damai. Dari Koala Kencana sendiri menuju Timika memerlukan waktu kurang dari satu jam.
Kami mendapat jatah makan 3x sehari. Pagi, siang dan malam. Sayangnya pagi restaurant hanya buka dari pukul 5 sampai pukul 7 saja. Jadi kami yang bangunnya selalu kesiangan memilih membeli mie saja satu dus hehe…. Kebetulan ada beberapa mesin air panas yang selalu menyala, dan kami bisa memakainya untuk menyeduh kopi, teh, dan memasak mie! ..
Lanjut ya, sebagian dari mereka yang telah berkeluarga tinggal di kota Koala Kencana, Mimika, sebuah kota yang yang masih merupakan jobsite dari Freeport. Kota kecil ini mirip dengan model kota-kota di luar negeri. Air minum dari keran yang bisa langsung diminum, penataan kota yang bagus, dimana rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, dan beberapa fasilitas umum yang sangat dibutuhkan berada di tempat-tempat strategis dan mudah dijangkau. Begitu juga rumah ibadah, semua ada dalam satu wilayah. Penduduk Koala Kencana yang kebanyakan pendatang juga hidup rukun dan damai. Dari Koala Kencana sendiri menuju Timika memerlukan waktu kurang dari satu jam.
Kami mendapat jatah makan 3x sehari. Pagi, siang dan malam. Sayangnya pagi restaurant hanya buka dari pukul 5 sampai pukul 7 saja. Jadi kami yang bangunnya selalu kesiangan memilih membeli mie saja satu dus hehe…. Kebetulan ada beberapa mesin air panas yang selalu menyala, dan kami bisa memakainya untuk menyeduh kopi, teh, dan memasak mie! ..
Kami berusaha untuk
tidak banyak berbelanja karena harga barang-barang disini dua kali lipat harga
di pulau jawa. Lagipula kami telah dimanjakan dengan fasilitas hotel termasuk
bebas menggunakan ruangan fitness, sauna dan kolam renang. Selain itu kami juga
diajak berkeliling ke kota Koala Kencana, Mimika dan Tembagapura. Benar-benar
pengalaman yang sangat berkesan. Dari cuaca Timika yang panas, bahkan aspal pun
terlihat berasap, ke Koala Kencana yang sejuk dan Tembagapura yang dingin.
Diminggu pertama
kedatangan kami saya sebagai perwakilan dari group band “Millenium” diajak berkeliling ke desa-desa kecil suku Asmat, seperti
Kokonao dan Mapuru Jaya, menggunakan helicopter sehingga hanya memuat 4 orang
saja. Saya, General Manager Hotel Mr. Urs Klee dari Switzerland, Mr. Greg dari
New Orleans dan Pilot berkebangsaan Austria Mark. Kebetulan teman-teman yang
lain kurang lancar berbahasa Inggris, jadi tidak ada yang bersedia ikut dengan
saya, hehe…. Padahal saya juga hanya modal nekat aja kok. Kapan lagi bisa
berputar-putar diatas hamparan permadani hijau Papua yang sangaaaat indah. Dari
jauh terlihat bukit-bukit hijau yang terkesan curam membentang. Saya seperti
anak kecil yang mendapat hadiah balon begitu senangnya, sampai lupa kalau saya
yang takut ketinggian ini berada ratusan kaki diatas permukaan tanah. Mark
dengan jahilnya membawa kami naik tinggi dan menukik tajam. “oh My God!” Antara takut tapi tetap takjub. Begitu
hebatnya tangan Sang Pencipta yang sudah merancang ala mini tanpa cacat cela.
No comments:
Post a Comment